animasi blog
Animasi Blog

baground

Kamis, 15 Februari 2018

IDENTIFIKASI/EKSPLORASI MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA





MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH
Problematika Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu Drs. Dwiyana, M.Pd, Ph.D



oleh:
MAULANA AL – GHOFIQI          (170311861518)
NURSIDRATI                                  (170311861597)









UNIVESITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
OKTOBER 2017






KATA PENGANTAR
Assalamu’alikumWr. Wb
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat melakukan aktivitas dengan baik, sehat wal‘afiat khususnya kepada penulis sehingga “Makalah Problematika Pendidikan Matematika” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa juga kita sampaikan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini, sehingga berkat perjuangan beliau itu kita dapat menghirup udara segar dengan penuh nikmat yang tak akan mampu kita hitung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sebagaimana kata pepatah mengatakan bahwa “Tak Ada Gading  yang Tak Retak”, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Malang, 16 Oktober 2017

       Kelompok 6


Daftar Isi
COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... ........ 1         
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 3
A.      Latar Belakang.................................................................................................... 3
B.       Topik Bahasan.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 4
A.  ANALISIS KESALAHAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA    4         
B.  DEFINISI-DEFINISI
1.    Pengetahuan konseptual................................................................................... 5
2.    Pengetahuan prosedural................................................................................... 5
3.    Standar Proses Pembelajaran Matematika........................................................ 5
4.    Proses Berpikir Matematis Siswa..................................................................... 6
C.  IDENTIFIKASI / EKSPLORASI MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA.............................................. 6         
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
KESIMPULAN......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pemahaman merupakan aspek yang mendasar dalam belajar matematika. Untuk memahami suatu materi dalam matematika diperlukan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural. Kedua pengetahuan tersebut saling terkait di dalam penggunaannya untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Oleh karena itu pengetahuan konseptual dan prosedural merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki mahasiswa atau siswa agar dapat diperoleh suatu pemahaman yang baik dalam belajar matematika.
Pada aspek kognitif, salah satu yang harus dikuasai dalam belajar matematika adalah pemahaman. pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari. Kemampuan internal yang dituntut dalam pemahaman antara lain, pertama, translasi, yaitu kemampuan menterjemahkan atau mengubah ide-ide dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang ekivalen. Kedua, interpelasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi atau memahami ide-ide utama yang tercakup dalam suatu komunikasi permasalahan, maupun pengertian tentang hubungan antara ide-ide tersebut. Ketiga, ekstrapolasi yaitu kemampuan memperluas kecenderungan atau tendensi di luar data yang diketahui. Memahami suatu masalah merupakan langkah awal bagi siswa untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, karena pentingnya suatu pemahaman, maka penulis menyusun makalah terkait dengan pemahaman dan analisis kesalahan pemahaman siswa dalam matematika.
B.  Topik Bahasan
1.    Analisis kesalahan pada pembelajaran matematika
2.    Pengetahuan konseptual
3.    Pengetahuan prosedural
4.    Standar proses pembelajaran matematika
5.    Upaya mengembangkan profesional Guru


BAB II
PEMABAHASAN
A.  ANALISIS KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Kesalahan siswa adalah gejala dari penyakit yang mungkin penyakit serius atau lebih dari satu penyakit. Sukirman mengatakan bahwa kesalahan merupakan penyimpangan terhadap hal-hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun insidental pada daerah tertentu. Tahapan Analisis Kesalahan Newman terdiri dari 5 kategori yaitu:
1.      Kesalahan membaca soal
Indikator kesalahan membaca soal adalah tidak bisa membaca soal yang telah diberikan, tidak bisa menemukan kata-kata atau informasi penting dalam soal,sehingga tidak bisa mengerjakan soal yang telah diberikan.
2.      Kesalahan memahami soal
Kesalahan memahami soal terjadi apabila mahasiswa tidak dapat menentukan hal-hal apa saja yang diketahui dan ditanyakan dalam soal atau sebenarnya sudah dapat memahami soal, tetapi belum menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan, sehingga tidak dapat mem proses lebih lanjut solusi dari permasalahan.
3.      Kesalahan transformasi soal
Mahasiswa telah memahami apa yang diminta soal untuk diselesaikan, tetapi gagal dalam memahami soal untuk diubah ke dalam kalimat matematika yang benar atau pemodelan matematikanya. Siswa tidak dapatmengidentifikasi operasiataumetode yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Kesalahan keterampilan proses
Mahasiswa sudah dapat mengidentifikasi operasiataumetodeyangsesuai, tetapi tidak mengetahui prosedur yang dibutuhkan untuk meneruskan operasi tersebut. Sehingga tidak dapat melanjutkan perhitungan atau komputasinya tersebut. Termasuk juga tidak menuliskan tahapan perhitungan dengan benar.
4.      Kesalahan menuliskan jawaban akhir
Mahasiswa sudah dapat mengerjakan penyelesaian secara tepat, tetapi tidakdapatmengekspresikanpenyelesaiantersebutkedalam kalimat matematika yang dapat diterima atau sesuai dengan konteks soal.



B.  DEFINISI-DEFINISI
a.    Pengetahuan Konseptual
Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan suatu masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh. Definisi yang menjelaskan suatu konsep dalam matematika merupakan rumusan kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan konsep tersebut.
Menurut (NCTM 2000) Pengetahuan konseptual adalah salah satu bagian dalam membina pengetahuan matematik yang berkesan. Pembelajaran melalui pemahaman akan menghasilkan pembelajaran menjadi mudah seterusnya membuatkan ia lebih bermakna. Dengan memiliki pengetahuan konseptual ini juga, pelajar lebih mudah mengingat dan dapat mengaplikasikan serta menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sedia ada.
Pengetahuan konseptual dalam matematika merupakan pengetahuan dasar yang menghubungkan antara potongan-potongan informasi yang berupa fakta, skill (keterampilan), konsep, atau prinsip (Hiebert dan Wearne, 1986).  
b.   Pengetahuan Prosedural
Menurut McCormick (1997), secara umumnya menyelesaikan masalah Matematik adalah pemikiran aras tinggi dalam pengetahuan prosedural dalam menentukan apa dan bagaimana strategi penyelesaian dilaksanakan. Pengetahuan prosedural adalah memberi erti kepada “theability to execute action sequences to solve problems” (Rittle Johnson et al., 2001). Dengan perkataan lainnya ia memberi maksud pengetahuan prosedural adalah satu pengetahuan yang mempamerkan kemampuan atau keupayaan seseorang itu untuk menunjukkan langkah-langkah kerja secara teratur dan tersusun dalam menyelesaikan sesuatu masalah. Keadaan ini menjadikan pengetahuan prosedural hanya bertumpu kepada pemasalahan tertentu danlangkah kerja yang berturutan diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hiebert dan Lefevre (1986), pengetahuan prosedural adalah terbagi kepada dua bahagian yaitu pertama adalah langkah demi langkah dalam menyelesaikan suatu tugas dan keduanya adalah pengetahuan tentang makna simbol dan penggunaannya semasa menyatakan idea dalam matematik.
c.    Standar Proses Pembelajaran Matematika
Dalam NCTM, merumuskan 5 standar proses pembelajaran matematika yaitu :
1.    Standar Pemecahan Masalah
2.    Standar Penalaran
3.    Standar Komunikasi
4.    Standar Koneksi
5.    Standar Representasi
d.   Proses berpikir matematis
Proses berfikir adalah suatu kejadian yang dialami seseorang ketika menerima respon sehingga menghasilkan kemampuan untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya untuk memecahkan/menjawab suatu permasalahan.
Menurut Sumarmo, Utari (2010: 4) Istilah berpikir matematis (mathematical thinking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan dengan proses matematika (doing math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas matematis (mathematical task) baik yang sederhana maupun yang kompleks. Merujuk pendapat dari ahli tersebut berpikir matematis dapat diartikan sebagai proses berpikir untuk menyelesaikan soal matematis baik yang tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
C.  IDENTIFIKASI / EKSPLORASI MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA
a.    Penelitian I “Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Permutasi dan Kombinasi”
Tabel 2.1. Analisis jurnal Penelitaian I
Artikel penelitian
Yanti, W. Nusantara,T. & Qohar, A. 2016. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Permutasi Dan Kombinasi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, (1):97-104.
Yang diteliti
Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Permutasi Dan Kombinasi
Cara meneliti
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gambut dan pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, tes, dan wawancara
Hasil penelitian
Hasil penelitian diperoleh bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa ada 3 yaitu:
·       kesalahan dalam menerima informasi
·       Kesalahan yang berhubungan dengan konsep permutasi dan kombinasi
      kesalahan dalam menghitung dan memasukkan angka ke dalam rumus
Rekomendasi
·         Guru hendaknya menanamkan pemahaman konsep tentang permutasi dan kombinasi
·         Sebaiknya guru juga memberi siswa latihan soal dengan jenis dan tingkat kesulitan yang beragam mulai dari yang sederhana hingga yang sulit sehingga setelah siswa terlatih dalam menyelesaikan soal permutasi dan kombinasi

Setelah melakukan tes, wawancara dan analisis data peneliti mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal permutasi dan kombinasi kedalam tiga kategori sebagai berikut; (1) kesalahan dalam menerima informasi, (2) kesalahan yang berhubungan dengan konsep permutasi dan kombinasi, dan (3) kesalahan dalam menghitung dan memasukkan angka ke dalam rumus. Dari kategori tersebut, selanjutnya akan dianalisis dan dieksplor mengenai pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, standar proses pembelajaran matematika, dan upaya-upaya mengembangkan professional guru.
*   Analisis dan Eksplorasi Pengetahuan Konseptual
Soal yang diberikan ke siswa

 



Gambar 2.1. Soal Tes
Pada soal nomor satu bisa kita lihat bahwa peneliti memberikan soal mengenai permutasi, dari soal nomor satu tersebut berikut ini adalah salah satu contoh jawaban siswa MB yang merupakan salah satu dari tiga siswa yang melakukan kesalahan dalam menerima informasi.

 




Gambar 2.2. Jawaban siswa MB
Setelah melihat jawaban siswa pada Gambar 2.2. berikut ini merupakan transkip wawancara terhadap siswa MB,
          



 





Gambar 2.3. Transkip wawancara siswa MB
Pandangan Peneliti
Peneliti berpendapat bahwa keslahan siswa dalam jawaban tersebut adalah memang tidak teliti membaca soal, ada siswa yang hanya sekedar menyingkat penulisan. sebagian siswa salah dalam menuliskan apa yang diketahui karena siswa tidak paham tentang permutasi dan kombinasi.       
Berdasarkan Gambar 2.2, Gambar 2.3, dan penilaian dari sudut pandang peneliti pengertian, serta pengetahuan konseptual yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang mengatakan pengetahuan konseptual dalam matematika merupakan pengetahuan dasar yang menghubungkan antara potongan-potongan informasi yang berupa fakta, skill (keterampilan), konsep, atau prinsip (Hiebert dan Wearne, 1986). Ketika melihat jawaban siswa pada Gambar 2.2 dapat dikatakan siswa belum dapat mengolah potongan-potongan informasi secara maksimal untuk menjadi soal yang utuh mengenai permasalah pada materi permutasi. Siswa mengira bahwa dari soal tersebut hanya di instruksikan untuk menyusun dua angka dari 3 angka, tetapi siswa tidak menyadari ada kalimat penting yang mengarahkan soal itu kepada permasalahan permutasi yaitu “Banyaknya bilangan yang terdiri atas 2 angka yang berbeda” tetapi siswa kurang memperhatikan hal tersebut sehingga siswa mencacah manual tanpa memperhatikan syarat dalam soal tersebut. Dari hal tersebut ada dua kemungkinan kesalahan siswa, pertama, yaitu kurang teliti dalam memperhatikan dan memahami informasi yang ada dalam soal tersebut dan kedua, siswa belum paham mengenai konsep permutasi.
 Berkaitan dengan pengetahuan konseptual, yang ada pada siswa MB, berikut ini adalah jawaban dan hasil transkip wawancara dari siswa MT yang melakukan kesalahan yang berhubungan dengan konsep permutasi dan kombinas



Gambar 2.5. Transkip wawancarasiswa MT
Pada Gambar 2.4 bisa dilihat juga bahwa siswa tidak paham mengenai rumus permutasi dan hanya sekedar menuliskan rumus tanpa paham apa yang ditulis sehingga penyelesaiannya tidak benar, dan ketika memperhatikan jawaban MT pada hasil transkip wawancara MT pada Gambar 2.5, masih terlihat bingung mengenai perbedaan permasalahan permutasi dan kombinasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan konseptual mengenai materi permutasi dan kombinasi yang dimiliki oleh MT masih tergolong rendah, sehingga MT tidak bisa meyelesaikan permasalahan tersebut.
Dalam kasus ini peneliti mengungkapkan bahwa penyebab kesalahan siswa dalam menerima informasi adalah kurangnya ketelitian ketika membaca soal. Namun, disini dapat ditambahkan selain kurangnya ketelitian ketika membaca soal, ada  pemahaman konsep atau pengetahuan konseptual terhadap materi permutasi dan kombinasi sangat berpengaruh terhadap siswa ketika mengolah informasi dalam sebuah soal. Hal ini bisa dieksplor lagi melalui wawancara sehingga kita dapat mengetahui apakah siswa hanya sekedar kurang teliti atau memang tidak paham mengenai konsep permutasi dan kombinasi.  
Berdasarkan identifikasi dua contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan karena kurangnya pemahaman konsep, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan konseptual terhadap suatu materi sangatlah penting untuk pemahaman terhadap informasi yang diterima.
*        Analisis dan Eksplorasi Pengetahuan Prosedural
            Pada tahap ini akan membahas mengenai pengetahuan prosedural, sebagai contoh berikut ini adalah jawaban siswa ATM merupakan salah satu contoh yang melakukan kesalahan dalam menghitung dan memasukkan angka ke dalam rumus.




Gambar 2.6. Jawaban siswa ATM
Selanjutnya ini merupakan transkip wawancara siswa ATM.
 






 Gambar 2.7. Transkip wawancara siswa ATM
Setelah melihat Gambar 2.6 terlihat bahwa siswa sudah mampu untuk memahami maksud soal dan sudah bisa menuliskan rumus permutasi secara benar, tetapi sangat disayangkan disini siswa mengalami permasalahan di tahap prosedur perhitungan sehingga penyelesaian yang sudah di rancang menghasilkan jawaban yang salah. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara pada Gambar 2.7 yang mana siswa ATM mengatakan dia salah dalam perhitungan. Hala ini menunjukan bahwa selain  pengetahuan konseptual siswa harus juga menguasai pengetahuan prosedural yang mana pengetahuan prosedural merukapan hal tidak kalah penting dari pengetahuan konseptual dan bisa dikatakan sebagai lanjutan pemahaman dari pengetahuan konseptual. Karena ketika menyelesaikan suatu permasalahan atau soal dan paham konsepnya tetapi tidak mengerti prosedural penyelesaiannya untuk menyelesaikan soal tersebut maka akan tetap kesulitan untuk menyelesaikan permasalahn tersebut.
*        Analisis dan Ekprorasi Standar Proses Pembelajaran Matematika
Berdasarkan standar proses pembelajaran yang ditetapkan oleh NCTM, bahwa standar proses pembelajaran matematika mencangkup 5 kategori yaitu pemecahan masalah matematika, penalaran matematis, komunikasi matematika, koneksi matematika dan representasi matematis. Jika kita melihat dari hasil yang dikerjakan siswa, yaitu pada contoh berikut
 



Gambar 2.7
Dari contoh jawaban siswa diatas, kita bisa melihat bahwa siswa sudah memahami soal yang diberikan, namun siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal, sehingga menyebabkan siswa salah dalam memecahkan masalah tersebut. berdasarkan standar proses pembelajaran matematika yang dikategorikan oleh NCTM, siswa tersebut belum mampu memecahkan masalah disebabkan siswa tidak memahami prosedur penyelesaian dari soal yang diberikan dan begitu juga dalam penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi, siswa belum terlalu memiliki kemampuan dalam menalar, mengkoneksikan, mengkomunikasikan serta merepresentasikan masalah dengan tepat.
Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa standar proses pembelajaran matematika pada siswa-siswa tersebut belum sepenuhnya memenuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini bisa dilihat dari berbagai hasil jawaban yang telah dikerjakan oleh siswa.
*    Upaya-upaya dalam mengembangkan profesional guru
Berdasarkan Hasil analisis dari penelitian tersebut. pengajar perlu merancang pembelajaran yang baik yaitu:
a.       guru hendaknya tidak hanya pada latihan soal saja tetapi juga lebih ditekankan pada pemahaman konsep tentang Permutasi dan Kombinasi. Perlu juga ditekankan dalam hal cara memperoleh rumus sehingga siswa tidak hanya sekedar menghafal tapi benar-benar memahami konsep rumus tersebut
b.      Dalam belajar, hendaknya siswa lebih mempelajari lagi materi permutasi dan kombinasi agar memiliki kemampuan dalam memahami soal tidak hanya menghafalkan rumus tetapi lebih berusaha untuk memahami konsep. Selain itu, siswa harus lebih banyak latihan soal dan berhatihati dalam membaca soal, dan teliti dalam menghitung.
c.       Sebaiknya guru juga memberi siswa latihan soal dengan jenis dan tingkat kesulitan yang beragam mulai dari yang sederhana hingga yang sulit sehingga setelah siswa terlatih dalam menyelesaikan soal permutasi dan kombinasi
d.      Guru diharapkan bisa menampung keluhan siswa dalam menyelesaikan soal permutasi dan kombinasi dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sehingga siswa tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama dalam mengerjakan soal permutasi dan kombinasi.
b.    Penelitian II “PROFIL KESALAHAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA HIMPUNAN DI KELAS VII SMPN 1 SINIU
Tabel 2.2. Analisis jurnal Penelitaian II
Artikel penelitian
Natsir, N. & dkk. 2016. Profil Kesalahan Konseptual dan Prosedural Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Himpunan di Kelas VII SMPN 1 Siniu. Jurnal Ilmu Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 03(04): 441-453.
Yang diteliti
Kesalahan konseptual dan prosedural siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal cerita himpunan.
Cara meneliti
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, subjek penelitian dipilih 3 dari 25 siswa yang paling banyak melakukan kesalahan dalam meyelesaikan soal cerita himpunan. Teknik pengumpulan data meliputi tes tertulis dan wawancara. Intrumen utama yang digunakan adalah tes tertulis dan peneliti itu sendiri. Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi metode untuk mencari konsistensi data hasil tes dan wawancara. Penentuan profil kesalahan dilakukan dengan analisis data yang dilakukan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan:

1. Kesalahan konseptual, siswa banyak melakukan kesalahan konsep seperti tidak memahami konsep selisih himpunan, tidak memahami konsep gabungan dan konsep komplemen. Kesalahn fakta yaitu siswa tidak menuliskan inisial himpunan, siswa tidak merubah informasi soal cerita kebentyk matematika, salah menuliskan inisial himpunan, dan siswa tidak menuliskan inisial himpunan.

2. Kesalahan Prosedural yaitu; (a) siswa tidak menuliskan pemisalan dan hal apa yang diketahui dalam soal cerita, (b) siswa tidak menyelesaikan pengerjaan soal, dan (c) siswa tidak menyelesaikan soal dengan langkah-langkah pengerjaan yang benar. 
Rekomendasi
kepada guru dalam mengajarkan matematika hendaknya mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar pada saat pembelajaran guru menekankan pada letak kesalahan yang dilakukan siswa sehingga kesalahan tersebut tidak terjadi secara berulang-ulang.

             Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek 3 orang siswa yang terpilih dari 25 siswa dengan kategori paling banyak melakukan kesalahan ketika mengerjakan soal cerita himpunan.
Peneliti mendeskripsikan profil kesalahan konseptual dan prosedural dalam menyelesaikan soal cerita himpunan. Dalam penelitian ini ada beberapa jawaban dari siswa dan itu bisa dianalisis dan eksplor lagi mengenai pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, standar proses pembelajaran matematika, dan dan upaya-upaya mengembangkan profesional guru.
*   Analisis dan Eksplorasi Pengetahuan Konseptual
Untuk pengetahuan konseptual dalam penelitian ini bisa dilihat pada jawaban siswa dari soal berikut.
Soal 1:
Dalam suatu kelas disurvei tentang kesukaan murid bermain bulu tangkis dan tenis meja. Dari hasil survey tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat 15 orang murid suka bermain bulu tangkis, 20 orang murid bermain tenis meja dan 12 murid suka kedua-duanya,
(a) Gambarlah diagram Venn untuk menunjukkan hasil survey tersebut?
(b) Berapa orang murid yang terdapat dalam kelas tersebut.
Jawaban subjek FTR
 







Gambar. 2.8. Jawaan Subjek FTR soal nomor 1
dan berikut adalah transkip wawancara dengan sujek FTR mengenai proses pengerjaan soal nomor satu.




 






Gambar 2.9. Transkip wawancara subjek FTR soal nomor 1
Dilhat dari hasil pengerjaan FTR, bisa dikatakn FTR ini belum atau masih sangat kurang mengenai pengetahuan konseptual dalam materi himpunan.
Berikut pandangan kesimpulan peneliti mengenai hasil pekerjaan FTR.
“Kesalahan yang dilakukan subyek yaitu kesalahan konseptual, subyek tidak memahami selisih himpunan, subyek salah menuliskan banyaknya anggota selisih himpunan BT dan TM dalam diagram Venn, subyek salah menggambarkan diagram Venn, dan subyek salah menjumlahkan semua anggota himpunan yang diketahui dalam soal cerita untuk memperoleh banyaknya siswa yang berada dalam kelas tersebut”.
Selain pada jawabn FTR, untuk kesalahan pada pengetahuan konseptual juga bisa dilihat pada jawaban subjek SNT, sebgai berikut
 









Gambar 2.10. Jawaban subjek SNT soal nomor 1




 







Gambar 2.11 Transkip wawancara SNT soal nomor 1
Melihat hasil pekerjaan SNT, Pandangan peneliti sebagai berikut.
“Kesalahan yang dilakukan subyek yaitu kesalahan konseptual, subyek mengalami kesalahan fakta salah menuliskan simbol selisih himpunan, dan tidak mengubah informasi soal cerita kedalam bentuk matematikanya terlebih dahulu.”
Melihat dari hasil pengerjaan yang dilakukan oleh FTR dan SNT pada soal nomor 1, dapat dikatakn bahwa kedua subjek tersebut kurang dalam pemahaman konsep dalam materi himpunan, tetapi di sini ada perbedaan tingakat pemahan konseptual yang dimiliki oleh FTR dan SNT. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahan konseptual dari masing-masing siswa terhadap suatu materi itu tentunya berbeda. untuk meanggapi hal itu seorang guru bisa menekankan konsep yang sering terjadi kesalahn sehingga konsep yang sering terjadi kesalahn itu dapat diminimalisir kesalahannya.
*   Analisis dan Eksplorasi Pengetahuan Prosedural
Untuk Pengetahuan prosedural bisa melihat dari contoh jawaban subjek FTR untuk soal nomor 2.
Soal 2:
Dari 25 murid perempuan yang terdapat dalam kelas VII A, ada 18 orang yang suka menjahit. 13 orang yang suka memasak dan 12 orang suka keduanya. Berapa murid perempuan yang tidak suka menjahit atau memasak?





Jawaban subjek FTR
 




Gambar 2.12 Jawaban subejk FTR soal nomor 2
 





Gambar 2.13 Transkip wawancara FTR soal nomor 2
Berikut adalah pandangan dari peneliti mengenai hasil pekerjaan FTR pada soal nomor 2.
“untuk kesalahan prosedural, subyek tidak menuliskan pemisalan dan hal apa saja yang diketahui dalam soal cerita tersebut karena subyek langsung menuliskan jawaban soalnya”.
Setelah melihat hasil pekerjaan FTR, hasil wawancara dan, pandangan dari peneliti. FTR memang kurang memenuhi dalam konteks pengetahuan prosedural, tapi bisa lihat dari hasil wawancara FTR tidak mempunyai dasar yang kuat mengenai pemahaman konsep dalm materi himpunan sehingg itu berpengaruh dalam proses prosedural dalm menyelesaikan soal cerita tersebut.
Jadi bisa dikatakan bahwa penegtahuan prosedural ini harus di dasari atau dibekali dengan pengetahuan konseptual yang baik. Sehingga ketika siswa mempunyai dasar konsep yang baik akan lebih membantu dalam pengerjaan secara proseduralnya.
*   Analisis dan Ekplorasi Standar Proses Pembelajaran Matematika
Berdasarkan standar proses pembelajaran yang ditetapkan oleh NCTM, bahwa standar proses pembelajaran matematika mencangkup 5 kategori yaitu pemecahan masalah matematika, penalaran matematis, komunikasi matematika, koneksi matematika dan representasi matematis. Jika kita melihat dari hasil yang dikerjakan siswa, yaitu pada contoh berikut
*   Upaya-upaya Mengembangkan Proseional Guru
Sebagai salah bentuk keprofesioanl guru, dengan melihat hasil penelitian tersebut dan hasil kajian mengenai pengetahuan konseptual dan penegtahuan prosedural. Ada beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan guru untuk membuat pemahaman konsep dan kebenaran prosedur dalam pengerjaan soal cerita, khususnya dalam materi himpunan. Sebagai contoh kepada guru dalam mengajarkan matematika hendaknya mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar pada saat pembelajaran guru menekankan pada letak kesalahan yang dilakukan siswa sehingga kesalahan tersebut tidak terjadi secara berulang-ulang.
























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa ulasan di atas mengenai pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, standar proses pembelajaran matematika, dan upaya mengembangkan profesionalitas guru, dapat disimpulkan bahwa dalam pola pembelajaran matematika, pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural harus mengisi satu sama lain untuk bisa merepresentasikan hasil pemikiran yang tentunya menggunakan penalaran dan di komunikasikan secara matematis dengan menggunakan proses pemecahan masalah secara runtut, sehingga dengan begitu guru harus lebih giat lagi untuk lebih mengasa kemampuannya.


DAFTAR PUSTAKA
Sumarmo, U. (2010). “Berpikir dan disposisi matematis:  apa, mengapa, dan bagaimana dikembangkan pada peserta didik”. Makalah FPMIPA UPI
Tall, D.O. 2008a. The Transition to Formal Thinking in Mathematics. Mathematics Education Research Journal, 20(2):5-24.

Tall, D.O. 2008b. The Historical & Individual Development of Mathematical Thinking: Ideas that are Set-Before and Met-Before. Plenary Presented at

Colóquio de Histório e Tecnologia no Ensino Da Mathemática. UFRJ, Rio de Janeiro, Brazil, May 5th. (Online), (http://www.davidtall.com/, diakses 3 januari 2010).

McCormik, R. (1997). Conceptual and procedural knowledge. International Journal of Technology and Design Education 7, 141-159.

Rittle-Johnson, B., Siegler, R.S. & Alibali. (2001). Developing conceptual understanding andprocedural skill in mathematics: An iterative process. Journal of EducationalPsychology 93(2), 346-362

Hiebert, J. (1986). Conceptual and Procedural: The case of mathematics Hillsdale:Lawrence Erlbaum Associates

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics Reston, VA: NationalCouncil of Teachers of Mathematics.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar