animasi blog
Animasi Blog

baground

Kamis, 15 Februari 2018

MAKALAH KONEKSI MATEMATIS


Kata Pengantar

Assalamu’alikumWr. Wb
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat melakukan aktivitas dengan baik, sehat wal‘afiat khususnya kepada penulis sehingga “Makalah Pembelajaran Matematika” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa juga kita sampaikan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini, sehingga berkat perjuangan beliau itu kita dapat menghirup udara segar dengan penuh nikmat yang tak akan mampu kita hitung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sebagaimana kata pepatah mengatakan bahwa “Tak Ada Gading  yang Tak Retak”, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Malang, 04 Desember 2017

Penulis


Daftar isi
Cover.........................................................................................................................
Kata pengantar........................................................................................................... 1
Daftar isi.................................................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... 3
A.    Latar Belakang............................................................................................... 3
B.     Topik Bahasan................................................................................................ 3
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................... 4
A.    Pengertian Koneksi Matematika.................................................................... 4
B.     Standar Koneksi Matematika Untuk Kelas 9 – 12 menurut NCTM............. 5
C.     Contoh koneksi matematika.......................................................................... 6
D.    Penerapan standar koneksi untuk siswa kelas 9-12 di kelas menurut
NCTM.................................................................................................. ........ 7         
E.     Bagaimana  peran guru dalam mengembangkannya kemapuan koneksi
siswa di kelas 9 sampai 12?........................................................................... 12
F.      Skenario Pembelajaran................................................................................... 14
BAB III : PENUTUP................................................................................................ 20
Kesimpulan................................................................................................................ 20
Daftar Pustaka.................................................................................................. ........


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keterkaitan antar konsep atau prinsip dalam matematika memegang peranan yang sangat penting dalam mempelajari matematika. Dengan pengetahuan itu maka siswa memahami matematika secara lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Selain itu dalam menghafal juga semakin sedikit akibatnya belajar matematika menjadi lebih mudah.
NCTM 2000, mengemukakan bahwa terdapat lima kemampuan dasar matematika yang merupakan standar dalam pembelajaran matematika yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM di atas, maka dalam tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan dalam Kurikulum 2006 yang dikeluarkan Depdiknas pada hakekatnya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) penalaran, (3) pemecahan masalah, (4) komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dalam kedua dokumen tersebut, kemampuan koneksi matematik merupakan kemampuan yang strategis yang menjadi tujuan pembelajaran matematika. Standar Kurikulum di China tahun 2006 untuk sekolah dasar dan menengah juga menekankan pentingnya koneksi matematik dalam bentuk aplikasi matematika, koneksi antara matematika dengan kehidupan nyata, dan penyinergian matematika dengan pelajaran lain.
Koneksi matematik diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika merupakan satu kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu selain matematika dan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi matematik maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000:275). Kemampuan koneksi matematik merupakan hal yang penting namun siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu (Lembke dan Reys, 1994 dikutip Bergeson, 2000: 38). Dengan demikian kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematik, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64)
1.2  Topik Pembahasan
                    1.            Mendeskripsikan Pengertian koneksi matematika
                    2.            Mendeskripsikan tentang standar koneksi matematika untuk kelas 9 – 12 menurut NCTM
                    3.            Penerapan koneksi untuk siswa kelas 9-12 di kelas menurut NCTM
                    4.            Mendeskripsikan skenario pembelajaran yang mengacu pada koneksi matematika



BAB II
PEMBAHASAN

  2.1.     Pengertian Koneksi Matematis
Koneksi matematika terdiri dari dua kata yang berasal dari Mathematical Connection yang dipopulerkan oleh NCTM dan dijadikan sebagai standar kurikulum pembelajaran matematika sekolah dasar dan menengah. Koneksi matematika merupakan salah satu kemampuan yang menjadi tujuan pembelajaran matematika. Koneksi matematika terjadi antara matematika dengan matematika itu sendiri atau antara matematika dengan di luar matematika dan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan koneksi matematika, selain memahami manfaat matematika, siswa mampu memandang bahwa topik-topik matematika saling berkaitan.
Koneksi matematika adalah jembatan dimana pengetahuan sebelumnya atau pegetahuan baru digunakan untuk membangun atau memperkuat pemahaman tentang hubungan antara ide-ide matematika, kosep, alur, atau representasi.
Bell (1978: 145) menyatakan bahwa tidak hanya koneksi matematik yang penting namun kesadaran perlunya koneksi dalam belajar matematika juga penting. Apabila ditelaah tidak ada topik dalam matematika yang berdiri sendiri tanpa adanya koneksi dengan topik lainnya. Koneksi antar topik dalam matematika dapat difahami siswa apabila anak mengalami pembelajaran yang melatih kemampuan koneksinya, salah satunya adalah melalui pembelajaran yang bermakna.
When student can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more lasting” (NCTM, 2000:64). Apabila para siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang tersebut. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut (Hudojo, 1988:4).
Menurut Jihad (2008: 169), koneksi matematika merupakan suatu kegiatan yang meliputi hal-hal berikut ini:
                         1.            Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
                         2.            Memahami hubungan antar topik matematika.
                         3.            Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari.
                         4.            Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
                         5.            Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.
                         6.            Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antara topik matematika dengan topik lain.
Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami antar topic matematika, mengaitkan ide-ide matematika dan kemampuan siswa mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan dengan kehidupan.
Menurut Sumarmo (2003), kemampuan koneksi matematika siswa dapat dilihat dari indikator-indikator berikut: (1) mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama; (2) mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen; (3) menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan diluar matematika; dan (4) menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
  2.2.     Contoh koneksi matematika
                         a.            Koneksi matematika dengan matematika
Contoh hubungan  matematika  dengan pembahasa matematika:
·         Pecahan di hubungkan  dengan desimal dpersen.
·         Bilangan  bulat dihubungkan  dengan garis bilangan.
·         Bangun  segitiga  dihubungkan  dengan trigonometri.
                         b.            Koneksi matematika dengan ilmu lain
Contoh lain koneksi matematika dengan mata pelajaran lain:
·         Ekonomi: Perhitungan kolom debit dikurang kolom kredit dapat saldo akhir, menghitung analisis keuangan, menghitung penjualan produk, menghitung keuntungan perusahaan tahun lalu dan tahun sekarang (jika tahun sekarang keuntungan besar, maka gaji karyawan naik).
·         Agama: Menghitung tahun berapa rumah ibadah dibangun, menentukan tanggal berapa mulai puasa dan termasuk tanggal idul fitri.
·         Computer: ilmu dasar computer hanya dikenal angka nol dan satu saja (2-9 tak dikenal oleh prosessor).
·         Seni music: Not balok dikonvesikan ke not angka ketukan berapa, setengah ketukan, seperempat ketukan.
·         Sejarah: Menghitung berapa lama/usia fosil tengkorak manusia purba.
·         Arsitek: Menghitung jumlah cat tembok yang dibutuhkan untuk mencat tembok dengan ukuran 4000 meter persegi.
·         Fisika: Menghitung berapa kecepatan mobil sport Km/jam dan bahan bakar yang dibutuhkan.
·         Kimia: Menghitung rumus-rumus kimia. Menghitung persentase kandungan alcohol yang dihasilkan dari hasil lab.
·         Geografi: Menghitung jarak antara bumi dengan bulan atau bintang dan luas bumi.
                          c.            Koneksi matematika dengan kehiudpan sehari-hari
·         Aljabar dapat membantu pedagang untuk menghitung besar kecil keuntungan atau kerugian yang dapat diperolehnya, dan dapat menentukan besar modal yang dibutuhkan.
·         Manfaat aplikasi Aljabar bagi Ibu RumahTangga adalah untuk memanajemen uang gaji, uang saku anak, uang sekolah anak, dll.
·         Manfaat Aljabar yang sering diterapkan siswa adalah untuk memanajemen uang saku yang diberikan orang tua tiap minggu.
  2.3.     Standar Koneksi Matematika Untuk Kelas 9 – 12 menurut NCTM
Standar koneksi dalam pembelajaran matematika menurut NCTM (2000 : 64) meliputi :
                     a.            Mengenali dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam matematika.
                    b.            Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh.
                     c.            Mengenali dan mengaplikasikan matematika ke dalam dan lingkungan di luar matematika.

Siswa di kelas 9-12 harus mengembangkan kemampuannya dalam menghubungkan gagasan matematika dan pemahaman yang secara mendalam lebih dari satu pendekatan tentang bagaimana masalah yang sama dapat memnghasilkan hasil yang sama, meskipun cara atau pendekatan yang digunakan mungkin terlihat berbeda. (misalnya, masalah "menghitung segi empat" pada bagian "Pemecahan Masalah" di bab ini.) Siswa dapat menggunakan wawasan yang diperoleh dalam satu konteks untuk membuktikan atau membantah dugaan yang dihasilkan di bidang lain, dan dengan menghubungkan gagasan matematika, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang kuat dari masalah-masalah.
  2.4.     Penerapan standar koneksi untuk siswa kelas 9-12 di kelas menurut NCTM
Contoh hipotetis berikut ini menyoroti koneksi antara apa yang akan muncul menjadi representasi yang sangat berbeda dari pendekatan masalah matematika.
Para siswa matematika di Mr.Robinson kelas sepuluh menduga mereka berada dalam beberapa pemecahan masalah yang menarik saat dia memulai kelas dengan cerita ini: "Saya mengalami dilema. Seperti yang mungkin Anda ketahui, saya memiliki anjing yang setia dan sebuah halaman berbentuk seperti segitiga siku-siku. Ketika saya pergi untuk jangka waktu yang singkat, saya ingin Fido menjaga halaman. Karena saya tidak ingin dia melepaskan diri, saya ingin menempatkan dia pada tali pengikat dan mengamankan tali tersebut di tempat parkir. Saya ingin menggunakan tali sependek mungkin, tapi dimanapun saya mengamankan tali pengikat, saya harus memastikan anjing bisa mencapai setiap sudut tempat parkir. Di mana saya harus mengamankan tali itu?" Setelah Mr. Robinson menanggapi pertanyaan dan komentar yang biasa (seperti "Apakah Anda benar-benar memiliki seekor anjing?" "Hanya seorang guru matematika yang memiliki segitiga-berbentuk banyak atau perhatikan bahwa benda itu berbentuk segitiga!" "Tipe apa anjing itu?"), dia meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok tiga orang. Semua alat, termasuk kompas, straightedge, kalkulator, dan komputer dengan perangkat lunak geometri, telah tersedia. Mereka harus membuat sebuah rencana untuk memecahkan masalah.
Jennifer segera menyelidiki masalah ini, dengan mengatakan, "Ayo buat sketsa menggunakan komputer." Dengan persetujuan kelompoknya, dia menghasilkan sketsa pada gambar 7. 36 berikut :

7.36 ketsa komputer yang digambar Jennifer tentang masalah "anjing di halaman"

Saat Mr. Robinson berkeliling di sekitar ruangan, dia mengamati setiap kelompok cukup lama dalam memantau progresnya. Pada kesempatan pertamanya, kelompok Jennifer tampaknya bereksperimen sedikit acak dengan menyeret titik D ke berbagai tempat, namun pada kesempatan keduanya, pekerjaan mereka tampak lebih sistematis. Untuk menilai apa yang anggota kelompok mengerti, dia bertanya bagaimana mereka melakukannya:
Mr.R    : Joe, bisakah Anda membawa saya mengetahui perkembangan kelompok Anda?
Joe       : Kami mencoba untuk mencari tahu di mana harus meletakkan titik.
Jeff      : Kami tidak ingin titiknya terlalu dekat dengan sudut segitiga.
Jennifer: saya mengerti! Kami mengingingkan semua panjangnya menjadi sama! Mereka semua bekerja melawan satu sama lain. Sebelum pindah ke kelompok kerja yang lain, Mr. Robinson bekerja dengan anggota kelompok Jennifer untuk mengklarifikasi gagasan mereka, menggunakan bahasa matematika yang lebih standar, dan saling memeriksa untuk saling berbagi pengetahuan. Jennifer menjelaskan idenya, dan kelompok tersebut memutuskan bahwa tampaknya masuk akal. Mereka menetapkan tujuan untuk menemukan posisi untuk D yang menghasilkan segmen garis DA, DB, dan DC semuanya memiliki panjang yang sama. Ketika Mr. Robinson kembali, kelompok tersebut telah menyimpulkan bahwa titik D harus menjadi titik tengah dari hipotesa, jika tidak, mereka berkata bahwa tidak mungkin sama jauh dari B dan C. (Mr Robinson mencatat bahwa kesimpulan kelompok tersebut tidak cukup benar, tapi dia memutuskan untuk tidak campur tangan pada hal ini; pekerjaan yang akan mereka lakukan nantinya dalam menciptakan sebuah bukti akan memastikan bahwa mereka memeriksa penalaran ini.)
Mr. R   : Apa lagi yang perlu Anda ketahui?
Jeff      : Kami belum yakin apakah jarak D memiliki jarak yang sama dari ketiga simpul.
Jennifer : Pasti begitu! Setidaknya kupikir begitu. Sepertinya ini adalah pusat lingkaran.
Percakapan kelompok kecil berlanjut sampai beberapa kelompok melakukan pengamatan dan dugaan serupa dengan yang dilakukan pada kelompok Jennifer. Mr. Robinson menarik kembali kelas untuk membahas masalahnya. Ketika para siswa bertemu dengan sebuah dugaan, dia menuliskannya di papan tulis sebagai berikut.
Dugaan: Titik tengah sisi miring dari segitiga siku-siku adalah sama jauh dari tiga simpul segitiga.
Mr. Robinson kemudian meminta siswa untuk kembali ke kelompok mereka dan bekerja untuk memberikan bukti atau contoh. Semua kelompok terus mengerjakan masalah, menyelesaikan pembuktian dan memilih anggota kelompok untuk mempresentasikannya di proyektor. Seperti biasa, Mr. Robinson menekankan fakta bahwa mungkin ada sejumlah cara berbeda untuk membuktikan dugaan tersebut.
Mengingat mantra Mr. Robinson tentang menempatkan sistem koordinat untuk "membuat keadaan menjadi mudah", satu kelompok menempatkan koordinat seperti yang ditunjukkan pada gambar 7.37a, menghasilkan jarak yang sama dari keduanya yaitu √đť‘Ž2+đť‘Ź2. Alfonse, yang menjelaskan solusi ini, dengan bangga mengatakan bahwa ini mengingatkannya pada teorema Pythagoras. Mr Robinson membangun pengamatan tersebut, mencatat di kelas bahwa jika siswa menarik garis tegak lurus dari M ke AC, masing-masing dari dua segitiga yang benar yang dihasilkan memiliki kaki dengan panjang a dan b; Dengan demikian panjang hypotenus MC dan MA yaitu √đť‘Ž2+đť‘Ź2.
Kelompok Jennifer kembali ke komentar sebelumnya tentang tiga poin A, B, dan C yang berada di lingkaran. Setelah percakapan panjang dan pertanyaan dari Mr. Robinson, kelompok tersebut menghasilkan bukti kedua berdasarkan sifat sudut yang tertulis (gambar 7.37b).

7.37 Diagram yang sesuai dengan empat pembuktian dari titik tengah dari teorema
Hipotesa

Pedro menyajikan solusi kelompoknya yang menunjukkan bagaimana mereka membangun sebuah persegi panjang yang mencakup tiga simpul segitiga siku-siku (gambar 7.37c) dan beralasan tentang sifat diagonal persegi panjang. Anna menyajikan solusi menggunakan geometri transformasional (gambar 7.37d). Karena M dan M 'adalah titik tengah AB dan A'B', masing-masing, segitiga MAM 'mirip dengan segitiga BAB', dengan masing-masing sisi segitiga yang lebih kecil setengah panjang sisi yang sesuai dari segitiga yang lebih besar. Hubungan yang sama berlaku untuk segitiga BMC dan BAB'. Dengan menggunakan fakta ini dan fakta bahwa BAB 'adalah segitiga sama kaki (karena BA bercermin pada B'A), Anna menunjukkan bahwa segitiga MAM' kongruen dengan segitiga CMB, dimana CM dan MA memiliki panjang yang sama.
Mr Robinson mengucapkan selamat kepada para siswa tentang kualitas pekerjaan mereka dan pada variasi pendekatan yang mereka gunakan. Dia menunjukkan bahwa beberapa gagasan matematis dasar seperti kesesuaian sebenarnya adalah bagian dari matematika dalam sejumlah solusi mereka dan beberapa pemikiran mereka, seperti komentar Alfonse tentang teorema Pythagoras, menyoroti hubungan dengan gagasan matematika lainnya. Mengambil langkah mundur untuk mencerminkan, para siswa mulai melihat bagaimana pendekatan yang berbeda - menggunakan geometri koordinat, geometri Euclidean, dan geometri transformasional - semuanya terhubung. Mr Robinson mencatat bahwa ada baiknya untuk memiliki semua cara berpikir ini di "alat alat matematika" mereka. Salah satu dari mereka mungkin menjadi kunci untuk memecahkan masalah berikutnya yang mereka hadapi.
Meskipun para siswa belajar banyak dari mengerjakan masalah, kelas belajarnya belum selesai dengan itu. Mr Robinson telah memilih masalah ini agar siswa di dalam kelas dapat bekerja karena mendukung sejumlah eksplorasi yang menarik dan karena para siswa akan mengeksplorasi sifat segitiga dan lingkaran saat mereka mengerjakannya. Dan memang, ketika para siswa mengerjakan masalah ini, mereka mengatakan bahwa “mereka melihat lingkaran di mana-mana." (Diskusi berikut terinspirasi oleh Goldenberg, Lewis, dan O'Keefe [1992].)
Satu kelompok memutuskan untuk melihat himpunan semua segitiga yang tepat yang dapat mereka temukan, diberi titik miring yang tetap. Anggota kelompok dimulai dengan membuat segitiga siku-siku dengan diberi tanda pengenal (hypotenuse) dan kemudian menyeret sudut kanan (gambar 7.38a). Kelompok lain memutuskan untuk memperbaiki posisi sudut kanan dan melihat himpunan segitiga yang tepat yang titik hinggarnya adalah panjang yang diberikan (gambar 7.38b). Mereka mengamati bahwa plot titik tengah dari sisi miring dari segitiga yang tepat tampak menelusuri busur lingkaran. Awalnya para siswa siap untuk mengabaikan pola melingkar sebagai sebuah kebetulan. Tapi Mr. Robinson, melihat potensi untuk membuat koneksi, mengajukan pertanyaan seperti, "Mengapa Anda pikir Anda mendapatkan pola itu?" Dan "Apakah lingkaran dalam pola Anda ada kaitannya dengan lingkaran dalam solusi kelompok Jennifer?" Ketika kelompok mulai memahami pertanyaan Mr. Robinson, mereka mulai melihat hubungan di kalangan lingkaran dalam gambar baru mereka, definisi lingkaran, dan fakta bahwa masalah mereka berkaitan dengan poin yang sama-sama jauh dari poin ketiga.
Mr Robinson menambahkan tantangan terakhir untuk pekerjaan rumah: dapatkah siswa menghubungkan masalah ini (atau masalah yang terkait dengannya) ke situasi dunia nyata atau matematika lainnya? Para siswa membuat poster yang menggambarkan hubungan matematis yang mereka lihat. Sebagian besar poster menggambarkan situasi yang mirip dengan masalah asli dimana sesuatu terjadi. Beberapa alasan, perlu diposisikan jarak yang sama dari simpul segitiga siku-siku. Satu kelompok, menciptakan sebuah eksperimen yang mereka demonstrasikan untuk kelas di salah satu ruangan gelap dan tanpa jendela di dalam gedung. Mereka meletakkan di atas lantai selembar kertas putih bagan besar dengan segitiga siku-siku di atasnya, tempatkan lilin (semua dengan tinggi yang sama) pada masing-masing sudut, dan tahan benda lebih pendek dari pada lilin di dalam segitiga. Kelas melihat bayangan perubahan objek saat salah satu anggota kelompok memindahkannya ke dalam segitiga. Tiga bayangan memiliki panjang yang sama hanya bila benda ditempatkan pada titik tengah hipotesa - sebuah fenomena yang menyenangkan baik Mr. Robinson maupun murid-muridnya. Kegiatan ini menyimpulkan diskusi tentang segitiga yang benar, namun jauh dari akhir karya kelas. Mr Robinson mengingatkan siswa tentang masalah yang memulai diskusi mereka dan menanyakan bagaimana masalah tersebut dapat diperluas. "Bagaimanapun," katanya, "tidak semua halaman belakang memiliki sudut kanan atau berbentuk segitiga." Komentar ini menetapkan tahapan untuk mendeskripsikan dan menggeneralisasi beberapa pekerjaan mereka dan untuk membuat lebih banyak koneksi.


  2.5.     Bagaimana  peran guru dalam mengembangkannya kemapuan koneksi siswa di kelas 9 sampai 12?
Kisah kelas Mr. Robinson menunjukkan bahwa banyak cara yang dapat guru lakukan dalam membantu siswa untuk mencari dan memanfaatkan koneksi matematika. Pemilihan masalah sangat penting karena siswa tidak mungkin membuat koneksi adanya masalah atau situasi yang berpotensi menunjukkan hubungan semacam dalam pembelajaran.
Guru perlu mengambil inisiatif khusus untuk menemukan integratif semacam masalah saat materi pembelajaran banyak difokuskan pada area konten dan ketika pengaturan kurikulum memisahkan studi area konten seperti geometri, aljabar, dan statistik. Guru akan perlu mengembangkan keahlian dalam membuat koneksi matematis dan ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya. Salah satu aspek penting yang membantu siswa dalam membuat koneksi adalah membangun suasana kelas yang mendorong siswa untuk belajar matematika, Selain melalui pemecahan masalah yang dihadapi. Mr Robinson dimulai dengan masalah yang memungkinkan beberapa pendekatan dan solusi. Sementara para siswa mengerjakan masalah ini, mereka didorong untuk melakukannya dengan berbagai petunjuk yang diberikan. Pernyataan yang salah pada siswa tidak dinilai salah dan diberhentikan; Mr Robinson membantu siswa menemukan kernel ide yang benar dalam apa yang mereka katakan, dan gagasan itu terkadang menimbulkan solusi baru dan koneksi. Para siswa didorong untuk bercermin dan membandingkan solusinya sebagai sarana untuk membuat koneksi. Ketika mereka telah melakukan hampir semua hal yang bisa mereka lakukan. Masalah yang diberikan, mereka didorong untuk menggeneralisasi apa yang mereka miliki. Masalah yang kaya, suasana yang mendukung pemikiran matematis, dan akses ke berbagai alat matematika semuanya berkontribusi pada kemampuan siswa untuk melihat matematika sebagai keseluruhan yang terkait.


2.6.            Skenario Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan      : SMA
Kelas/Semester            : X/2
Mata Pelajaran             : Matematika - Wajib
Sub Bab                       : Trigonometri
Waktu                          : 2 × 45 menit

A.    Kompetensi Inti SMA kelas X:
1.    Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3.    Memahami, menerapkan,  menganalisis pengetahuan faktual,  konseptual,  prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang  persamaan kuadrat,  serta menerapkan pengetahuan prosedural pada persamaan kuadrat sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.    Mengolah,  menalar,  menyaji,  dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan persamaan kuadrat secara mandiri,  dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B.     Kompetensi Dasar
1.1      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.1.Memiliki motivasi inernal, kemampuan kerjasama, konsisten, sikap disiplin, dan sikap toleransi dalam perbedaaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.
2.2.Mampu mentransformasikan diri dalam berprilaku jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belaar matematika
3.16. Mendeskripsikan dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut disetiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika
3.17. Mendeskripsikan konsep fungsi Trigonometri dan menganalisis grafik fungsinya serta menentukan hubungan nilai fungsi Trigonometri dari sudut- sudut istimewa.
4.14. Menerapkan perbandingan trigonometri dalam menyelesaikan masalah.
4.15. Menyajikan grafik fungsi trigonometri.
Indikator Pencapaian Kompetensi 
1.1.Siswa Terlibat secara aktif dalam  proses pembelajaran trigonometri
1.2.Siswa Bekerjasama dalam  kegiatan kelompok dan  toleran  terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif dalam pembelajaran trigonometri
2.1. Siswa Kritis dan disiplin serta bertanggung jawab dalam melakukan tugas belajar
matematika.
3.16. Mendeskripsikan dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut
disetiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika.
3.17. Menganalisis grafik  Fungsi serta menentukan hubungan nilai fungsi Trigonometri dari
sudut- sudut istimewa.
4.14. Siswa Mengetahui bagaimana Menerapkan perbandingan trigonometri dalam
menyelesaikan masalah.
4.15. Siswa mengetahui bagaimana menggambar dan Menyajikan grafik fungsi trigonometri.
C.    Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan diskusi kelompok dalam pembelajaran trigonometri ini diharapkan siswa:
1.      Mampu Terlibat secara aktif dalam  proses pembelajaran trigonometri
2.      Mampu Bekerjasama dalam  kegiatan kelompok dan  toleran  terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif dalam pembelajaran trigonometri.
3.      Kritis dan disiplin serta bertanggung jawab dalam melakukan tugas belajar matematika.
4.      Siswa mampu  Mendeskripsikan dan menentukan hubungan perbandingan Trigonometri dari sudut disetiap kuadran, memilih dan menerapkan dalam penyelesaian masalah nyata dan matematika.
5.      Menganalisis grafik  Fungsi serta menentukan hubungan nilai fungsi Trigonometri dari  sudut- sudut istimewa.
6.      Siswa Mengetahui bagaimana Menerapkan perbandingan trigonometri dalam  menyelesaikan masalah.
7.      Mampu menggambar dan Menyajikan grafik fungsi trigonometri
D.    Materi Matematika
a.       Materi Pokok: penerapan trigonometri dalam kehidupan sehari-hari
E.     Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : Pendekatan saintifik (scientific).
Metode Pembelajaran      : Inquiri, Tanya jawab.
F.     Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
komunikasi
·    meminta siswa untuk keluar ruangan dan belajar di alam terbuka.
·    Meminta ketua kelas untuk memimpin doa
·    Memotivasi siswa
·    Memberitahukan tujuan pembelajaran serta manfaat pembelajaran yang akan berlangsung.
10 menit
Inti
1.      Mengamati
·      Guru mengajukan masalah  yang ada di sekitar kita.
·      Guru meminta siswa mengamati pohon serta bagaimana cara mengetahui tinggi pohon tersebut.
2.      Menanya.
·         Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
·         Siswa termotivasi menanyakan bagaimana cara mengukur tinggi pohon.
3.      Mengumpulkan informasi
·         Guru menjelaskan bagaimana cara mengukur tinggi pohon dengan menggunakan ilmu trigonometri.
·         Guru memilih salah satu murid untuk memperhatikan titik puncak pohon dan menentukan sudut elevasi yang didapatkan dari pengamatannya.
4.      Mengorganisasikan
·      Meminta siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari dua orang dalam satu kelompok.
·         Memberikan masalah kepada siswa yaitu berapa tinggi pohon yang diamati temannya.
·      Guru berkeliling mencermati siswa bekerja, mencermati dan menemukan berbagai kesulitan yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami.
·      Guru memberi bantuan  berkaitan kesulitan yang dialami siswa baik secara individu, kelompok, maupun  klasikal.
·      Mendorong siswa agar bekerja sama dalam kelompok.
5.      Mengkomunikasikan.
·      Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas
·      Guru meminta siswa dari kelompok lain untuk menanggapi, mengajukan pertanyaan, saran dan sebagainya dalam rangka penyempurnaan.
·      Guru mendorong siswa untuk menghargai pendapat teman/kelompok lain
70 menit
Penutup
1.      Guru meminta tiap kelompok untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya
2.      Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran hari ini
3.      Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar dan memberi salam
10 menit

G.    Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1.      Buku Matematika X
2.      Lembar Aktivitas Kegiatan Siswa
H.    Instrumen Penilaian Hasil belajar 
-          Tes tertulis
Keterangan Skor Penilaian Soal : Pencapaian Nilai Maksimal 100 Dari 2 Soal.
No. soal.
Skor soal
1.
60
2.
40
Jumlah
100

Cara Perhitungan:
Nilai yang akan diberikan pada teste dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah dengan dengan Skor Maksimal Ideal (SMI), yakni :
 

Sekarbela, 4 Desember 2017

Mengetahui,
Kepala Sekolah
 

NIP :

Guru Pelajaran


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kemampuan koneksi matematik merupakan kemampuan mendasar yang hendaknya dikuasai siswa. Kemampuan koneksi merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam belajar matematika. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematik maka siswa akan mampu melihat matematika sebagai suatu ilmu yang antar topiknya saling kait mengkait serta bermanfaat dalam mempelajari pelajaran lain dan dalam kehidupan.


Daftar Pustaka

Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics in Secondary School. (Cetakan kedua). Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.
Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung: Multipressindo.
NCTM. 2000. Principles and standards for school Mathematics. Reston,VA:NCTM

Sumarmo, U. (2003). Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB, Oktober 2003.

Elly Susanti.2013.Proses Koneksi Produktif Dalam Penyelesaian Mmasalah Matematika. Surabaya: Pendidikan Tinggi Islam, 2013.



Kunci Jawaban

1.       
 


v  Pohon terhadap rudi
            9,2m – 1,6 m =  7,6

\


Jadi tinggi pohon tersebut adalah = t + tinggi badan Andi
                                                      = 8 + 1, 2 m
                                                      = 9, 2 m
2.       
 





                     Jadi jarak horizontal peasawat tersebut ke menara adalah 750  m


Tidak ada komentar:

Posting Komentar