animasi blog
Animasi Blog

baground

Selasa, 15 Desember 2015

MAKALAH : ULUMUL HADITS SUNAN AN-NASA’I

ULUMUL HADITS
SUNAN AN-NASA’I




 







OLEH
KELOMPOK                         : VIII ( 8 )
NURSIDRATI                      : 151.12.4.024
NURHAYATI                      : 151.124.026
NURBAYA                          : 151.124.027
NAJIHATUN SORAYA     : 151.124.032


JURUSAN PENDIDIKANMATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
MATARAM
2013

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa), yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan tugas “Makalah Ulumul Hadits” ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sebagai “Sang Revolusioner Islam Sejati”, sebab beliaulah kita bisa membedakan antara yang hak dan yang bathil, antara yang halal dan yang haram, dan antara jalan menuju syurga dan jalan menuju neraka.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada pihak yang membantu guna terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan disini, guna kelancaran dari makalah-makalah berikutnya.



                                                                                                Mataram,23April 2013.
                                                                                                        Hormat Penulis


DAFTAR ISI

Halaman Sampul.
Kata Pengantar.                                                                                                                      i
Daftar Isi.                                                                                                                                ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                     1
1.1    Latar Belakang                                                                                                                 1
.
1.2    Rumusan Masalah.                                                                                                           2

1.3    Tujuan.                                                                                                                             2
BAB II PEMBAHASAN.                                                                                                     3
A.    NAMA LENGKAP DAN SILSILAH                                                                3

B.     CIRI-CIRI.                                                                                                           3                                                                                                                                                                           
C.     PENYEBARAN INTELEKTUALNYA.                                                                       4

D.    GURU DAN MURIDNYA.                                                                                6

E.     CONTOH HADISNYA.                                                                                     7

F.      PENILAIAN ULAMA.                                                                                       8

G.    WAFATNYA.                                                                                                      9

H.    KETEGASAN BELIAU DALAM MERIWAYAT HADITS.                          9

I.       PENILAIAN PANDANGAN SHAIKH AL-ALBANI MELALUI BUKU BELIAU BERTAJUK DHOIF SUNAN AL-NASAI.                                         10

J.       PERAWI-PERAWI YANG DHOIF DALAM SUNAN NASAI                                  11
BAB III PENUTUP.                                                                                                              12
A.    Simpulan.                                                                                                                    12

B.     Kritikdan Saran.                                                                                                          12       
DAFTAR PUSTAKA.                                                                                                           13
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Hadits adalah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Hadis menjadi sumber hukum yang dedua setelah al-quran. Hadis diterima oleh sahabat dari nabi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sahabat atau orang yang meriwayatkan hadis disebut juga rawi. Oleh karena itu kita harus mengetahui kehidupan par perawinya dengan baik dengan mengetahui kehidupan para perawinya kita akan mengetahui hadis itu shahih atau tidak.
Ilmu yang membahas tentang  perawi hadis ini mulai dari kekurangan hingga kelebihannya apakah hadis itu sahih atau tidak, disebut juga ilmu rijalul hadis. Pada pembahassan kali ini pemakalah akan mencoba membahas perawi tentang An-Nasa’i. Bagaimana silsilahnya, penyebaran intelektualnya, guru dan muridnya. Untuk lebih jelasnya pemakalah akan membahas pada BAB berikutnya.
















B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Bangaimana sosok dari An-Nasa’I itu sendiri ?
2.      Latar belakang keluarga seperti apa ?
3.      Kemampuan intelektual dari seorang An-nasa’I itu seperti apa ?
4.      Bagaimana pandangan ulama terhadap An-nasa’I ?
5.      Bagaimana ketegasan beliau dalam meriwayatkan hadits ?

C.     TUJUAN.

Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui sosok dari An-Nasa’i.
2.      Untuk Mengetahui seluk beluknya.
3.      Memberikan pengetahuan tentang penyebaran intelektual dari An-Nasa’i.
4.      Untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama tentang beliau.
5.      Untuk mengetahui bagaimana ketegasan beliau dalam meriwayatkan hadits.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    NAMA LENGKAP DAN SILSILAH
Nama lengkapnya abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr Al-Kurasani An-Nasa’i.Nama imam An-Nasa’i dinisbatkan pada sebuah daerah bernama Nasa’ di wilayah kurasan yang disebut juga Nasawi.Kelahiran An-Nasa’i menurut Adz-Dzahabi, “imam An-Nasa’i lahir di daerah Nasa’i pada tahun 215 hijriah[1]
Beliau menerima Hadits dari Sa'id, Ishaq bin Rawahih dan ulama-ulama lainnya selain itu dari kalangan tokoh ulama ahli hadits yang berada di Khurasanb, Hijaz, Irak, Mesir, Syam, dan Jazirah Arab. Ia termasuk di antara ulama yang ahli di bidang ini dan karena ketinggian sanad hadtsnya. Ia lebih kuat hafalannya menurut para ulama ahli hadits dari Imam Muslim dan kitab Sunan An Nasa`i lebih sedikit hadits dhaifnya (lemah) setelah Hadits Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Ia pernah menetap di Mesir
B.     CIRI-CIRI
Ciri-ciri An-Nasa’i
·         raut wajahnya oval.
·         kulitnya berwarna sao matang.
·         Menurut Adz-Dzahabi An-Nasa’i bermuka tampan biarpun sudah memasuki usia senja, sering mengenakan baju musim dingin.
·         mempunyai empat isteri dan senang makan daging ayam.
·         Dia adalah seorang syek yang berwibawa, bermuka cerah, ringan tangan dan berbudi luhur[2].

C.    PENYEBARAN INTELEKTUALNYA
Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa’. Beliau berhasil menghafal al-Qur’an di Madrasah yang ada di desa kelahirannya. Beliau juga banyak menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Saat remaja, seiring dengan peningkatan kapasitas intelektualnya, beliaupun mulai gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk guna memburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin hadis dan ilmu Hadis.
Belum genap usia 15 tahun, beliau sudah melakukan mengembara ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Iraq, Syam, Khurasan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh dikalangan para Imam Hadis. Semua imam hadis, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan perlawatan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan ciri khas ulama-ulama hadis, termasuk Imam al-Nasa’i.
Kemampuan intelektual Imam al-Nasa’i menjadi kian matang dan berisi dalam masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena justru di daerah inilah, beliau mengalami proses pembentukan intelektual, sementara masa pengembaraannya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan al-Nasa`i, kitab ini dikenal dengan al-Sunan al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, beliau kemudian menghadiahkan kitab ini kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah) sebagai tanda penghormatan. Amir kemudian bertanya kepada al-Nasa`i, “Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadis shahih?” Beliau menjawab dengan kejujuran, “Ada yang shahih, hasan, dan adapula yang hampir serupa dengannya”.
Kemudian Amir berkata kembali, “Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadis yang shahih-shahih saja”. Atas permintaan Amir ini, beliau kemudian menyeleksi dengan ketat semua hadis yang telah tertuang dalam kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya beliau berhasil melakukan perampingan terhadap al-Sunan al-Kubra, sehingga menjadi al-Sunan al-Sughra. Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab yang pertama.
Imam al-Nasa`i sangat teliti dalam menyeleksi hadis-hadis yang termuat dalam kitab pertama. Oleh karenanya, banyak ulama berkomentar “Kedudukan kitab al-Sunan al-Sughra dibawah derajat Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit sekali hadis dhaif yang terdapat di dalamnya”. Nah, karena hadis-hadis yang termuat di dalam kitab kedua (al-Sunan al-Sughra) merupakan hadis-hadis pilihan yang telah diseleksi dengan super ketat, maka kitab ini juga dinamakan al-Mujtaba. Pengertian al-Mujtaba bersinonim dengan al-Maukhtar (yang terpilih), karena memang kitab ini berisi hadis-hadis pilihan, hadis-hadis hasil seleksi dari kitab al-Sunan al-Kubra.
Disamping al-Mujtaba, dalam salah satu riwayat, kitab ini juga dinamakan dengan al-Mujtana. Pada masanya, kitab ini terkenal dengan sebutan al-Mujtaba, sehingga nama al-Sunan al-Sughra seperti tenggelam ditelan keharuman nama al-Mujtaba. Dari al-Mujtaba inilah kemudian kitab ini kondang dengan sebutan Sunan al-Nasa`i, sebagaimana kita kenal sekarang. Dan nampaknya untuk selanjutnya, kitab ini tidak akan mengalami perubahan nama seperti yang terjadi sebelumnya.



D.    GURU DAN MURIDNYA

v  Di antara guru-guru beliau, yang teradapat didalam kitab sunannya adalah sebagai berikut;

·         Qutaibah bin Sa’id.
·         Ishaq bin Ibrahim.
·         Hisyam bin ‘Ammar.
·          Suwaid bin Nashr.
·         Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi.
·         Abu Thahir bin as Sarh.
·         Yusuf bin ‘Isa Az Zuhri.
·         Ishaq bin Rahawaih.
·         Al Harits bin Miskin.
·         Ali bin Kasyram.
·         Imam Abu Dawud.
·         Imam Abu Isa at Tirmidzi
v  Murid-murid yang mendengarkan majlis beliau dan pelajaran hadits beliau adalah:

·         Abu al Qasim al Thabarani.
·         Ahmad bin Muhammad bin Isma’il An Nahhas an Nahwi.
·         Hamzah bin Muhammad Al Kinani.
·         Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi’i.
·         Al Hasan bin Rasyiq.
·         Muhmmad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi.
·         Abu Ja’far al Thahawi.
·         Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti.
·         Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi.
·         Abu Basyar ad Dulabi.
·         Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni.


E.     CONTOH HADISNYA
                               

1.      Penjelasan tentang orang muslim dan orang muhajir.
عن عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: المسلم المسلمون من لسا نه ويده والمها جرمن هجر ما نهى الله عنه. (رواه البخارى و ابو داود والنسائ)
Artinya:
“Dari Abdillah bin Amru, dari nabi SAW bersabda, orang muslim adalah orang yang orang-orang muslim sekitarnya merasa terjaga dari derita yang diakibatkan lisan dan tangannya, sedangkan orang muhajir adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang Allah.” (diriwayatkan al-Bukhari abu Daud dan An-Nasa’i)


  1. Tanda keimanan
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لما يوئمن احد كم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه.
(رواه البخاري ومسلم و أحمد والنسائ)
Artinya:                                                                
Dari Anas Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, bersabda, “Tidak beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (Diriwayatkan Al-Bukhary, Muslim, Ahmad dan An-Nasa’y).
  1. Tanda-tanda kemunafikan
عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: أربع من كن فيه كان منا فقا خالصا ومن كانت فيه خاصلة منهن كانت فيه خصلة من النفا ق حسى يدعها اذا ائوتمن خا ن واذا حد ث كذ ب واذا عاهد غد ر واذا خا صم فجر.
(رواه الشيخا ن و أصحا ب السنن الثلاثاة أبود واد والترمذي والنسائ)

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Ada empat sifat bila kermpat-empatnya itu terdapat dalam diri seseorang maka ia telah menjadi seorang munafik tulen. Dan, barang siapa yang pada dirinya hanya terdapat salah satu dari keempat sifat itu maka pada dirinya sudah tumbuh satu sifat kemunafikan, sehingga ia meninggalkannya. Bila dipercaya khianat, bila berbicara dusta, bila mengikat tali perjanjian ingkar, dan bila memusuhi licik.” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany, Ashabus-Sunan ats-Tsalatsah, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa’y)[3].
F.     PENILAIAN ULAMA
Dari kalangan ulama seperiode beliau dan murid-muridnya banyak yang memberikan pujian dan sanjungan kepada beliau, diantara mereka yang memberikan pujian kepada beliau adalah:
  1. Abu ‘Ali An Naisaburi menuturkan; “beliau adalah tergolong dari kalangan imam kaum muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; beliau adalah imam dalam bidang hadits dengan tidak ada pertentangan.”
  2. Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi’I menuturkan; “aku ridla dia sebagai hujjah antara aku dengan Allah Ta’ala.”
  3. Manshur bin Isma’il dan At Thahawi menuturkan; “beliau adalah salah seorang imam kaum muslimin.”
  4. Abu Sa’id bin yunus menuturkan; “beliau adalah seorang imam dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.”
  5. Al Qasim Al Muththarriz menuturkan; “beliau adalah seorang imam, atau berhak mendapat gelar imam.”
  6. Ad Daruquthni menuturkan; “Abu Abdirrahman lebih di dahulukan dari semua orang yang di sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya.”
  7. Al Khalili menuturkan; “beliau adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.”
  8. Ibnu Nuqthah menuturkan; “beliau adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini.”
Al Mizzi menuturkan; “beliau adalah seorang imam yang menonjol, dari kalangan para hafizh, dan para tokoh yang terkenal[4].
G.    WAFATNYA
Setahun menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi al-Mishri.
Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja’far al-Thahawi (murid al-Nasa’i) dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa’i meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasulullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin[5]
H.   KETEGASAN BELIAU DALAM MERIWAYAT HADITS

Beliau Pernah mengkritik beberapa perawi hadis yang ada di dalam Sahih Bukhari dan Muslim.
Hadis yang diriwayatkan beliau cukup tinggi penelitian dan ketegasannya.
- Contoh: Sa’ad Ali al-Zannjani pernah ditanya tentang seseorang perawi, perawi itu dianggap tidak dhoif tetapi Imam An-Nasai mendhoifkan perawi itu. Walhal Zanjani yang sudah dikenali dengan ketegasan beliau menilai perawi, begitulah tingginya penilaian beliau terhadap seseorang perawi.



I.       PENILAIAN PANDANGAN SHAIKH AL-ALBANI MELALUI BUKU BELIAU BERTAJUK DHOIF SUNAN AL-NASAI.
v  Hadis 36; tentang membaca bismillah sebelum pembacaan al-Fatihah.
·         Abu Hurairah yang katakan solat beliau paling dekat dengan solat Nabi ; disahihkan oleh Ibn Khuzaimah,Ibn Jarud, Ibn Hibban, Daruqutni.ada atsar sahabah baca basmalah secara jahr (Daruqutni).
·         Pandangan mazhab ; Imam Ahmad secara sir (tetapi dinukilkan oleh Ibn Taimiyyah sekiranya pergi ke Madinah maka perlunya dibaca secara jahr), Imam Malik tidak perlu baca, Imam Syafie katakan perlu baca jahr (berdasarkan perbuatan sahabat) kerana hikmah untuk mengekalkan sunnah perbuatan itu daripada hilang terus.
v  Hadis tentang mengangkat takbir sehingga hampir sampai dengan telinga.
·         Nasai katakan hadis ini sahih
v  Hadis 44 ; Hadis diriwayatkan oleh Anas yang solat dengan Nabi, solat Zohor,
·         disahihkan oleh Ibn Khuzaiman, Ibn Hibban.
v  Hadis 49 ; Hadis tentang Nabi solat dengan turun lutu terlebih dahulu
·         Sahih oleh Ibn Khuzaimah, Ibn hibban, Ibn Sakan, Al-Khotabi, al-Hakim, manakala Imam Tirmidzi katakanan hadis hasan.
v  Hadis 52
v  Hadis 68 (no. 174 dalam al-Mujtabar) tentang menundukkan tasyahud
·         Mengangkat jari oleh Abu Daud, tetapi dijudulkan sebagai menundukkan jari ketika tasyahud oleh An-Nasai, menunjukkan penilaian lebih halus.
·         diriwayatkan juga oleh Ibn Hibban, Ibn Khuzaimah etc.








J.       PERAWI-PERAWI YANG DHOIF DALAM SUNAN NASAI?

v  Ibn Hajar dalam Fathul Bari katakan; para ulamak yang bertanggungjawab untuk memilih perawi. Maka wujud kelebihan yang dimiliki oleh para imam untuk menilai dan memilih hadis-hadis yang sahih hatta kadang kala wujud para imam lain yang dipertikaikan status sesetengah perawi[6].
























BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Imam an-Nasa’i yang memiliki nama lengkap Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Bahar bin Sinan bin Dinar an-Nasa’i adalah seorang ulama hadis terkenal. Dilahirkan di satu desa yang bernama Nasa’ di daerah Khurasan pada tahun 215 H. Imam al-Nasa’i meninggal pada tahun 303 H. Ia adalah periwayat hadis yang terkenal. Banyak hadits yang beliau tulis di bukunya dan beliau ini merupakan seorang yang pengembara dalam mencari ilmu,baik itu dalam negri maupun luar negri.

B.     KRITIK DAN SARAN

Dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan dan kekurangannya,baik dari segi,metode,isi maupun cara penulisannya ,maka dari itu pemakah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna untuk perbaikan makalah selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Ahmad Atha.Adabun Nabi.Jakarta:Pustaka Azzam,2002.

Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama Salaf.Jakarta:Pustaka al-Kautsar,2006.
Syaik Muhammad Sa’id Mursi.Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah.Jakarta:Pustaka al-Kautsar,2008.


[1] Syaik Ahmad Farid, 60 Biografi ulama Salaf(Jakarta:Pustaka al-Kautsar, 2006),h.577-578.
[2] Syaik Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah.(Pustaka al-Kautsar,2008),h. 353.
[3] http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadits/imam-nasai.
[4] Abdul Qadir Ahmad Atha, Adabun Nabi,(Jakarta:Pustaka Azzam. 2002),h.10.
[5] Opcit hal. 12-13.
[6] Ibid,h.111.

1 komentar:

  1. Sangat berguna untuk tugas mata kuliah hadist ulumul hadist milik saya ! Terima kasih ^^

    BalasHapus